Bahasa
Indonesia
“Penalaran Deduktif”
“Penalaran Deduktif”
Anggota :
Tiara Putri Anggraini 17112376
Widya Nurfitriyani 17112697
Universitas
Gunadarma
Penalaran Deduktif......
Penalaran deduktif merupakan
metode untuk menarik kesimpulan dengan menghubungkan data-data yang bersifat
umum, kemudian dijadikan suatu simpulan atau fakta yang khusus.
Bentuk Penalaran Deduktif
-SILOGISME- : Silogisme adalah bentuk, cara berpikir atau menarik simpulan yang terdiri atas premis umum, premis
khusus, dan simpulan.
-ENTIMEN- : Praktek nyata berbahasa dengan
pola silogisme memang jarang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, baik tulisan maupun lisan.
-Silogisme-
Silogisme
merupakan suatu cara pernalaran yang formal. Namun, bentuk pernalaran ini
jarang dilakukan dalam komunikasi sehari-hari.
Silogisme
terdiri dari :
1. Silogisme
Kategorial
Silogisme
yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme
disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis
yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah
(middle term).
• Contoh:
Premis mayor =
Semua makhluk hidup membutuhkanoksigen.
(Middle
term) (Predikat)
Premis minor
= Manusia adalah makhluk hidup.
(Subjek)
(Middle term)
Simpulan
= Manusia membutuhkan oksigen.
(Subjek)
(Predikat)
2. Silogisme
Hipotesis
Silogisme
hipotetis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Macam-Macam
tipe Silogisme hipotesis :
·
Premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh :
Jika hujan,
saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik
becak.
·
Premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh :
Bila hujan,
bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan
telah turun.
·
Premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh :
Jika politik
pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan
dengan paksa.
Jadi
kegelisahan tidak akan timbul.
·
Premis minornya mengingkari bagian
konsekuennya.
Contoh :
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak
penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa
tidak gelisah.
Jadi mahasiswa
tidak turun ke jalanan.
3. Silogisme
Disjungtif
Silogisme
yang premis mayornya keputusan disjungtif sedangkan premis minornya kategorik
yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis
mayor.
Hukum-hukum
Silogisme Disjungtif:
1.
Silogisme
disjungtif dalam arti sempit
Konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur
penyimpulannya valid.
Contoh :
Hasan berbaju
putih atau tidak putih.
Ternyata
berbaju putih.
Jadi ia bukan
tidak berbaju putih.
2.
Silogisme
disjungtif dalam arti luas
a. Bila
premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar).
Contoh :
Budi menjadi
guru atau pelaut.
la adalah
guru.
Jadi Budi bukan pelaut.
b. Bila
premis minor mengingkari salah satu alterna konklusinya tidak sah (salah).
Contoh :
Penjahat itu
lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak
lari ke Yogya.
Jadi ia lari
ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
-Entimen-
Di
dalam entimen salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena
sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Menipu adalah dosa karena
merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal
menjadi 2 bagian :
·
Menipu adalah dosa. >> Kesimpulan
·
Karena (menipu) merugikan orang lain. >>
Premis Minor, karena bersifat khusus.
Perlu diketahui beberapa
istilah berikut:
•
Proposisi :
Kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang hubungan antara
dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah.
• Term : Suatu kata atau
kelompok kata yang menempati fungsi subjek (S) atau
predikat (P).
• Term
minor :
Subjek pada simpulan.
•
Term menengah : Menghubungkan term mayor dengan term minor dan tidak boleh
terdapat pada simpulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar